Rabu, 20 Oktober 2010

Sate Bandeng Yang Pedas atau Yang Biasa?

Ingin makan ikan bandeng tanpa harus repot mencabuti duri-duri lembutnya? Selain bandeng duri lunak atau presto, sate bandeng khas Banten bisa jadi pilihan.

Sate bandeng banyak dijumpai di Serang, Provinsi Banten, karena memang khas daerah ini. Konon, sate bandeng diperkenalkan oleh juru masak Kasultanan Banten pada zaman dulu. Juru masak memutar otak, mencari cara untuk menyajikan bandeng tanpa duri kepada tetamu kasultanan.

Sangat mudah mendapatkan bandeng di kawasan yang memang dekat sekali dengan laut ini. Jika Anda melancong ke Banten Lama, misalnya, tidak jauh dari situs bersejarah Kaibon, Anda akan menjumpai tempat pelelangan ikan. Di dekat sana, terhampar tambak-tambak ikan yang superluas, salah satunya milik Mukodas Syuhada.

Mukodas membangun semacam kampung kecil di tengah tambak yang ia namai Tapak Bumi. Akan ada taman bacaan (sedang dibangun) di sini. Pengunjung juga dapat menyantap bandeng bakar lumpur.

Namun, karena tempat ini belum sepenuhnya jadi, tamu harus terlebih dahulu memesan ikan sehari sebelumnya. Kami pun belum sempat mencicipi gurihnya bandeng bakar lumpur di Tapak Bumi ini. ”Kalau pesan kemarin, sekarang udah mateng,” kata Mang Udin, penjaga Tapak Bumi.


Pedas dan biasa
Namun, karena sejak awal berangkat dari Jakarta kami begitu ingin makan bandeng, dari tambak Mukodas kami pun buru-buru menuju kota Serang.
Kami meluncur ke Jalan A Yani, Serang. Tepatnya di seberang Rumah Sakit Cempaka, terdapat warung sate bandeng Sampurna, milik Yus Aslah (54). Kami memesan dua macam sate bandeng, pedas dan biasa.

Sate bandeng ini gurih luar biasa.. Lebih lezat ditambah sambal kecap. Untuk penyeimbang rasa, kami memesan pula sup ayam.
Setelah kami bandingkan rasanya, sate yang pedas di lidah kami terasa lebih enak. Bumbunya lebih merasuk. Dan, meski sate ini sudah pedas, tetap masih kurang pas kalau tidak ditambah dengan sambal kecap.

Mengapa begitu gurih? Tidak seperti sate kambing yang ditusuk dagingnya begitu saja, sate bandeng ini adalah sate olahan. Daging bandeng sudah dicampuri dengan santan kental dan bumbu-bumbu sebelum ditusuk dan dicapit dengan kayu. Yus biasa membikin takaran, 40 biji kelapa tua untuk 50 kilogram bandeng.

Bandeng yang telah dibersihkan sisiknya lalu dibelah di bagian leher. Tulang besar di bagian punggung ditarik. Daging lantas dipisahkan dari kulitnya.
Daging bandeng segar digiling sampai halus dan lembut sebelum dicampur dengan bumbu berupa campuran ketumbar, bawang merah, bawang putih, dan garam. Tuang santan kental ke dalam adonan lalu dilumat-lumat dengan tangan sampai menjadi adonan yang kenyal.

Adonan bandeng lantas dimasukkan ke dalam kulit bandeng, dicapit dengan tusukan bambu, lantas dibungkus dengan daun pisang dan dibakar. Setelah matang, daun pisang dilepas. Proses belum selesai. Sisa adonan dilumurkan ke sekujur badan bandeng untuk kemudian dibakar sekali lagi.(inovassi)


Lihat juga : sushi, hanamasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar